Senin, 22 September 2014

MASA TERAKHIR BESI TUA

Tidak berlebihan juga jika saya memberikan pernyataan bahwa “SM3T MENGUBAH SEMUA HIDUP SAYA”. Sebelum menginjakkan kaki di tanah pengabdian, kami sudah diajarkan dengan arti kata SABAR. Singkatnya kami para peserta SM-3T Kab. Kepl. Sitaro yang terletak di utaranya pulau berbentuk huruf “K” yang masih termasuk dalam kawasan Sulawesi Utara mendapatkan kloter pemberangkatan ke-2 setelah para peserta SM-3T daerah Manggarai. Tanggal 16 September 2013 Pukul 01.00 kami sudah siap sedia di halaman area pangkalan Angkatan Laut Malang. Perasaan yang biasa-biasa bagi saya, bahkan sepertinya saya tidak akan kemana-mana karena saya masih bersama-sama dengan para kawan-kawan seperjuangan. Kami berangkat pukul 02.00 WIB, menuju Bandara Djuanda. Alasan pertama saya sangat menikmati program ini yaitu, saya dapat naik pesawat terbang, itu karena SM-3T. Tidak perlu malu untuk membuat pernyataan itu, karena memang kenyataannya saya dapat naik pesawat pertama kali karena program mencerdaskan bangsa ini. Masih nyaman perjalanan yang kami lakukan, hingga sampailah di Bandara Sam Ratulangi. Perjalanan dilanjutkan menggunakan Bus untuk mengantarkan kami langsung ke Pelabuhan Manado.
Rasa lelah itu pasti kami rasakan disetiap perjalanan, namun rasa bahagia membungkam kami untuk saling mengungkap pernyataan tersebut. Area transportasi darat, dan udara telah kami lalui dengan mulus. Tibalah kami di pelabuhan, dan kebingungan ternyata kapal yang akan kami tumpangi “Queen Marry” sudah berangkat meninggalkan kami.
Tapi tenang, masih ada satu kapal lagi yang akan menuju tempat penugasan kami. Cukup lama kami duduk-duduk di pinggiran pelabuhan dengan banyak sekali koper yang bergelimpangan. Tak lama, dosen pendamping kami telah membagikan tiket kapal yang akan kami tumpangi. Masih menempel dilipatan otak dengan jelas, saya membaca kami mendapat tiket “RANJANG”. Begitu senangnya kami, itu berarti kami dapat tidur-tidur nikmat untuk mengembalikan tulang belakang yang sedikit kendor karena perjalanan.
Barang-barang bawaan yang lumayan cukup banyak sehingga di pesawat juga mengalami over bagasi, membuat kami sedikit kewalahan untuk mengangkut ke besi apung yang siap memberangkatkan kami.
Kami menaiki kapal “Margareth” kapal fery yang akan mengantarkan kami ke tempat penugasan. Besi tua ini terlihat masih cukup kokoh untuk mengawal kami. Jika kapal ini terlihat mewah di foto, maka itu hanya tipuan cahaya di kamera Hp saya. Secepatnya kami mengangkut barang-barang kami dengan sangat susah payah, karena ternyata di dalam kapal sudah sangat penuh sesak orang, bahkan binatangpun ikut mewarnai keriuhan di dalam kapal.
Cukup kaget juga, karena tempat kami sudah sangat penuh dengan barang-barang yang kami bawa. Tiket ranjang yang kami bayangkan ternyata tidak sesuai dengan angan, semua buyar dan sedikit syok dengan keadaan di dalam kapal. Kapal yang tersedia banyak sekali ranjang atas dan bawah yang menurut saya sudah selayaknya tidak beroperasi lagi, namun tetap digunakan untuk mengangkut massa sebanyak ini.
Besi tua y
ang saat ini sudah pensiun tersebut terakhir kalinya beroperasi ditumpangi oleh kami yang cukup menyita banyak waktu, sekitar 8 jam kami mengapung menuju Kab. Kepl. Sitaro. Besi tua ini memang sudah tidak layak pakai, dan sudah waktunya untuk diistirahatkan operasinya untuk mengapung di lautan sulawesi ini. Lelah itu pasti tapi semangat kami tetap terpancar di setiap raut senyum yang kami tebarkan. Kami yakin perjuangan yang kami lalui, tidak akan pernah sia-sia, Pengalaman ini sungguh berharga, dan banyak mengajari kami apa arti dari SABAR. (Salam MBMI-KNS)



2 komentar:

  1. Salam kenal,
    irfan dani SM-3T angkatan I LPTK UNP
    =======================
    http://pustaka.pandani.web.id/
    =======================

    BalasHapus